13 Mei 2012

Benarkah Gerakan Shalat Kita

Bismillahir rahmaanir rahiim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah s.a.w. sarat akan hikmah dan manfaat. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan benar, tumaninah serta dilakukan secara istikamah.
Suatu ketika Rasulullah s.a.w. berada di dalam Masjid Nabawi Madinah. Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan taushiyah. Tiba-tiba masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat. Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah s.a.w. dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada orang itu, "Sahabaku, engkau tadi belum shalat!"

Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah s.a.w. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalatnya dengan cepat. Rasulullah s.a.w. tersenyum melihat "gaya" shalat itu.

Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah s.a.w. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, "Sahabatku, tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat." Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang ia menuruti perintah Rasulullah s.a.w. Tentunya dengan gaya shalat yang sama.

Namun, seprti "biasa" Rasulullah s.a.w. menyuruh orang itu mengulangi shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku."

"Sahabatku," kata Rasulullah dengan tersenyum, "Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Al-Qur'an yang engkau pandang paling mudah. Laulu rukulah dengan tenang (tumaninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak.

Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."

Kisah dari Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam sahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekedar "benar" gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah dan khusyuk.

Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru.

Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna dan jalinan komunikasi dengan Allah swt menjadi kurang optimal.

Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah s.a.w, menganggap "tidak shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).

Wallahu a'lam.
Insya 'Allah bersambung _ ke Hikmah gerakan shalat _

Wallahi taufik wal hidayah, semoga bermanfaat, Aamiin ya robb.

Subhanaka Allahuma wa bihmdika asyhadu ala ilaha anta astaghfiruka wa atubu ilaik.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Merayakan Valentine Menurut Islam

Istilah "V a l e n t i n e" untuk sebagian anak Muda tidak asing lagi, yaitu suatu perayaan yang di lakukan tangal 14 Februari. Pertanyaanya perlukah atau boleh kan ummat I s l a m merayakan v a l e n t i n e???

Untuk lebih jelasnya B u n d a akan mengurai kenapa kita tidak boleh merayakan valentine dari sudut pandang I s l a m

F a k t a :

14 Pebruari 496M Paus Galasius menetapkan tgl 14 pebruari sbgai hari Valentine,guna mperingati martir mereka yakni Santo Valentine dan Santo Marius,yg dihukum mati kaisar Claudius II (268-270) dan 14 pebruari juga adalah Hari raya kaum paganis romawi pemuja dewi Februata juno ato dewi perkawinan dan kesuburan.

Jadi "V a l e n t i n e" adalah bagian dari ritual / hari raya kaum musyrik dan H A R A M untuk D I I K U T I.

D A S A R  A L - Q U R A N

"Barang siapa menjadikan mereka (kaum musyrik) sebagai Wali (pemimpin/ panutan) maka ia termasuk golongan mereka" (Qs. Al Maidah 51)

"Dan jika kamu mnuruti kbanyakan orang dmuka bumi ini niscaya mereka mnyesatkanmu dari jalan Allah..." (Qs. Al An'am 116)

"Sebagian besar ahlul kitab itu ingin agar mereka dapat mngembalikanmu pada kekafiran.." (Qs. Al Baqarah 109)


D A S A R  A S - S U N N A H

Nabi bersabda"Bukan trmasuk umatku,orang2 yg meniru selain golonganku." (HR. Tirmidzi)

"Barang siapa meniru suatu kaum maka ia trmasuk golongan mereka." (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

1. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama.

2. Bahwa ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua.

3. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami.

4. Dengan berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur.

5. Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke surga oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

6. Dosa-dosa yang Allah segerakan adzabnya di dunia diantaranya adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka.


Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan Pahalanya


Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan Pahalanya, Oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.

Ridho Allah Tergantung Keridhoaan Orang Tua

Bahwa ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua. Dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan.

“Arti : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kpd kemurkaan orang tua” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan

Bahwa berbakti kpd kedua orang tua dpt menghilangkan kesulitan yg sedang dialami yaitu dgn cara bertawasul dgn amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Umar.

“Arti : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yg lain, ‘Ingatlah amal terbaik yg pernah kamu lakukan’. Kemudian mereka memohon kpd Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dgn harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguh aku mempunyai kedua orang tua yg sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yg masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kpd kedua orang tuaku sebelum orang lain.

Suatu hari aku hrs berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dpti kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi kedua namun kedua masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tdk memberikannya. Aku tdk akan memberikan kpd siapa pun sebelum susu yg aku perah ini kuberikan kpd kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai kedua bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kpd keduanya. Setelah kedua minum lalu kuberikan kpd anak-anaku. Ya Allah, seandai peruntukan ini ialah peruntukan yg baik krn Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yg menutupi pintu gua itupun bergeser” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal]

Ini menunjukkan bahwa peruntukan berbakti kpd kedua orang tua yg pernah kita lakukan, dpt digunakan untuk bertawassul kpd Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yg dialami seseorang saat ini diantara krn peruntukan durhaka kpd kedua orang tuanya. Kalau kita mengetahui, bagaimana berat orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka peruntukan ‘Si Anak’ yg ‘bergadang’ untuk memerah susu tersebut belum sebanding dgn jasa orang tua ketika mengurus sewaktu kecil.

‘Si Anak’ melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dgn tdk ada perasaan bosan dan lelah atau yg lainnya. Bahkan ketika kedua orang tua sudah tidur, dia rela menunggu kedua bangun di pagi hari meskipun anak menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua hrs didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kpd kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yg lain disebutkan berbakti kpd orang tua hrs didahulukan dari pada beruntuk baik kpd istri sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma ketika diperintahkan oleh bapak (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia berta kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ceraikan istrimuu” [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138, Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, “Hadits Hasan Shahih”]

Dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud yg disampaikan sebelum disebutkan bahwa berbakti kpd kedua orang tua hrs didahulukan daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Begitu besar jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yg kita lakukan untuk berbakti kpd kedua orang tua tdk akan dpt membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma melihat seorang menggendong ibu untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja ‘Si Ibu’ menginginkan, orang tersebut berta kpd, “Wahai Abdullah bin Umar, dgn peruntukanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, “Belum, setetespun engkau belum dpt membalas kebaikan kedua orang tuamu” [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]

Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dgn beban yg dirasakan sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwa antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yg menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semua dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tdk ada yg bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dgn membawa ke dokter atau yg lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.


Surga Di Depan Mata


Manfaat dari berbakti kpd kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa anak yg durhaka tdk akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yg beruntuk baik kpd kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke jannah (surga). Dosa-dosa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala segerakan adzab di dunia diantara ialah beruntuk zhalim dan durhaka kpd kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak beruntuk baik kpd kedua orang tuanya, Allah Subahanahu wa Ta’ala akan menghindarkan dari berbagai malapetaka, dgn izin Allah.
Berbakti Kepada Kedua Orang Tua adalah Amalan Paling Utama

Bahwa berbakti kpd kedua orang tua ialah amal yg paling utama. Dengan dasar diantara yaitu hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

“Arti : Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku berta kpd Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal yg paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktu (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kpd kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah” [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9] .Dengan demikian jika ingin kebajikan hrs didahulukan amal-amal yg paling utama di antara ialah birrul walidain (berbakti kpd kedua orang tua).


Diluaskan Rezeki dan dipanjangkan Umur


Dengan berbakti kpd kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dalam hadits yg disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Arti : Barangsiapa yg suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umur maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi” [Hadits Riwayat Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693]

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yg hrs didahulukan silaturahmi kpd kedua orang tua sebelum kpd yg lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yg sering ziarah kpd teman-teman tetapi kpd orang tua sendiri jarang bahkan tdk pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tdk pernah berkumpul bahkan tdk kenal dgn kedua orang tuanya. Sesulit apapun hrs tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kpd kedua orang tua. Karena dgn dekat kpd kedua insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dgn silaturahmi akan diakhirkan ajal dan umur seseorang.[1] walaupun masih terdpt perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendpt yg lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits ini bahwa umur memang benar-benar akan dipanjangkan.

[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta.]

Keterangan:
[1] Riyadlush Shalihin, hadits No. 319
-------------------------
Sumber Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan Pahalanya : http://almanhaj.or.id

Hikmah Dari Sujud Dalam Shalat


S u j u d melegakan sistem pernafasan. MUNGKIN ramai dalam kalangan umat Islam tidak sedar mengenai pelbagai hikmah yang tersembunyi ketika sujud.Padahal, kita perlu sedar bahawa tiada suatu pun ciptaan dan suruhan ALLAH SWT yang sia-sia, malahan setiap ciptaan itu mempunyai kelebihan yang selalunya tidak terjangkau akal manusia.

Manusia melakukan sujud dalam dua bentuk, iaitu sujud fizikal seperti ketika bersolat dan sujud spiritual berbentuk ketaatan kepada perintah ALLAH SWT dan menjauhi larangan-NYA. Ulama mengatakan sujud ketika solat adalah waktu manusia paling hampir dengan ALLAH SWT dan mereka menggalakkan kita bersujud lebih lama.

Antara hikmah lain sujud adalah melegakan sistem pernafasan dan mengembalikan kedudukan organ ke tempat asalnya. Bernafas ketika sujud pula boleh:

* membetulkan kedudukan buah pinggang yang terkeluar sedikit dari tempat asalnya

* membetulkan pundi peranakan yang jatuh.

* mengurangkan sakit senggugut ketika haid.

* melegakan paru-paru daripada ketegangan.

* mengurangkan kesakitan bagi pesakit apendiks atau limpa.

* kedudukan sujud adalah paling baik untuk berehat dan mengimbangkan lingkungan bahagian belakang tubuh

* memberi dorongan supaya mudah tidur.

* menggerakkan otot bahu, dada, leher, perut serta punggung ketika akan sujud dan bangun daripada sujud.

* Kedudukan sujud yang mana pinggul lebih tinggi berbanding badan boleh mengurangkan risiko untuk terkena penyakit buasir. Semakin banyak sujud, semakin kurang risiko untuk penyakit ini kerana graviti akan menarik pembuluh darah buasir ke arah bertentangan arah.

* pergerakan otot itu menjadikan ototnya lebih kuat dan elastik, secara automatik memastikan kelicinan perjalanan darah yang baik.

* bagi wanita, pergerakan otot itu menjadikan buah dadanya lebih baik, mudah berfungsi untuk menyusukan bayi dan terhindar daripada sakit buah dada.

* mengurangkan kegemukan.

* pergerakan bahagian otot memudahkan wanita bersalin, organ peranakan mudah kembali ke tempat asal serta terhindar daripada sakit gelombang perut (convulsions).

* organ terpenting iaitu otak manusia menerima banyak bekalan darah dan oksigen.

* mengelakkan pendarahan otak jika tiba-tiba menerima pengepaman darah ke otak secara kuat dan mengejut serta terhindar penyakit salur darah dan sebagainya.

* Aliran darah yang meningkat ke bahagian otak semasa sujud mampu mengurangkan risiko serangan sakit kepala dan juga migrain.

Dari segi psikologi pula, sujud membuatkan kita merasa rendah diri di hadapan Yang Maha Pencipta sekali gus mengikis sifat sombong, riak, takbur dan sebagainya...

Dari segi perubatan, kesan sujud yang lama akan menambahkan kekuatan aliran darah ke otak yang boleh mengelakkan pening kepala danmigrain, menyegarkan otak serta menajamkan akal fikiran sekali gus menguatkan mentaliti seseorang.

Menurut kajian, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah sedangkan setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal dan sempurna.

Hendak diingatkan untuk diri saya sendiri dan juga semua bahawa gerakan solat dan sujud yang kita lakukan bukanlah untuk mengejar manfaat-manfaat kesihatan yang disebut tadi. Ia hanyalah anugerah yang diberikan oleh ALLAH SWT yang Maha Pemurah.

Jangan Bersujud Seperti Anjing Dalam Shalat

Al-Bukhaari rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " اعْتَدِلُوا فِي السُّجُودِ، وَلَا يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الْكَلْبِ "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata : Aku mendengar Qataadah, dari Anas, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Seimbanglah kalian ketika sujud, dan janganlah salah seorang di antara kalian meluruskan (menempelkan) kedua lengan/hastanya seperti anjing meluruskannya” [Shahiih Al-Bukhaari no. 822].

Hadits lain :
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَعْتَدِلْ وَلَا يَفْتَرِشْ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ ".
Telah menceritakan kepada kami Hannaad : Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’aawiyyah, dari Al-A’masy, dari Abu Sufyaan, dari Jaabir : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang di antara kalian sujud, janganlah membentangkan kedua lengannya seperti anjing membentangkannya” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 275; shahih lighairihi].
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ دَرَّاجٍ، عَنْ ابْنِ حُجَيْرَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَفْتَرِشْ يَدَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ وَلْيَضُمَّ فَخْذَيْهِ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Malik bin Syu’aib bin Al-Laits : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb : Telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Darraaj[1], dari Ibnu Hujairah, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang di antara kalian sujud, janganlah membentangkan kedua tangannya seperti anjing membentangkannya. Dan hendaklah ia merapatkan kedua pahanya” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 901; shahih lighairihi].
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنْ حُسَيْنٍ الْمُكْتِبِ، عَنْ بُدَيْلٍ، عَنْ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: " نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَفْتَرِشَ أَحَدُنَا ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ "
Telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Haaruun, dari Husain Al-Muktib, dari Budail, dari Abul-Jauzaa’, dari ‘Aaisyah, ia berkata : “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kami membentangkan lengan kami seperti binatang buas membentangkannya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 1/257-258; shahih].
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum menempelkan kedua lengan ketika shalat dan tidak mengangkatnya. Jumhur ulama dari kalangan Hanafiyyah[2], Maalikiyyah[3], Syaafi’iyyah[4], dan Hanaabilah[5] berpendapat makruh dilakukan, baik pada shalat fardlu maupun shalat sunnah. Adapun madzhab Ibnu Hazm menyatakan haram dan dapat membatalkan shalat bagi siapa saja yang melakukannya.[6]
Kedua pihak berdalil dengan nash-nash yang sama sebagaimana disebutkan di atas. Yang raajihwallaahu a’lam – adalah pendapat jumhur. Alasannya adalah sikap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang menyamakan perbuatan itu dengan perbuatan anjing atau binatang buas. Dan asal dari hal tersebut menunjukkan kemakruhan.
An-Nawawiy rahimahullah berkata :
وَالْحِكْمَة فِي هَذَا أَنَّهُ أَشْبَه بِالتَّوَاضُعِ وَأَبْلَغ فِي تَمْكِين الْجَبْهَة وَالْأَنْف مِنْ الْأَرْض ، وَأَبْعَد مِنْ هَيْئَات الْكَسَالَى فَإِنَّ الْمُتَبَسِّط كَشَبَهِ الْكَلْب ، وَيُشْعِر حَاله بِالتَّهَاوُنِ بِالصَّلَاةِ ، وَقِلَّة الِاعْتِنَاء بِهَا وَالْإِقْبَال عَلَيْهَا . وَاَللَّه أَعْلَم
 “Dan hikmah dalam larangan ini adalah bahwasannya ia merupakan sikap tawadlu’, lebih memastikan dalam meletakkan dahi dan hidung ke tanah (ketika sujud), serta lebih jauh dari gaya orang-orang yang malas. Hal itu dikarenakan orang yang membentangkan/menempelkan kedua lengannya menyerupai anjing dan menunjukkan keadaan dirinya yang meremehkan shalat, sedikitnya perhatian kepadanya, dan ingin segera menyelesaikannya. Wallaahu a’lam” [Syarh An-Nawawiy, 4/209].
Lantas, bagaimana gambaran sikap/perbuatan yang dilarang tersebut ? Perhatikan gambar di bawah :


[yaitu, gambar yang sebelah kanan].

Posisi Sujud Shalat Yang Benar

 Lebih jelasnya :


Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – sardonoharjo, ngaglik, sleman, yogyakarta, syawal 1432 H – mengambil faedah dari kitab At-Tasyabbuh Al-Manhiy ‘anhu oleh Jamiil bin Habiib Al-Luwaihiq, hal. 208-209].


[1]     Ibnu Hibbaan berkata :
لَمْ يَسْمَعِ اللَّيْثُ مِنْ دَرَّاجٍ غَيْرَ هَذَا الْحَدِيثِ
“Al-Laits tidak mendengar dari Darraaj selain dari hadits ini” [Shahiih Ibni Hibbaan, 5/245].
[2]     Badaai’ush-Shanai’ lil-Kasaaniy, 1/210 dan Tabyiinul-Haqaaiq liz-Zaila’iy 1/163.
[3]     Al-Mudawwanah, 169.
[4]     Al-Majmuu’ 3/341.
[5]     Al-Furuu’ li-Ibni Muflih, 1/483 dan Kasysyaaful-Qinaa’ lil-Bahutiy 1/371.
[6]     Al-Muhallaa, 4/21.

Sudah Benarkah Shalat Kita

Sholat salah satu peribadatan yang tak asing lagi bagi kita, namun tidak sedikit yang menyepelekannya baik melaksanakannya maupun pelaksanaannya. Untuk itu mari bersama-sama kita mereview beberapa hal yang mungkin kurang kita perhatikan

1. Persiapkan dengan baik

Sholat merupakan ibadah yang menjadi salah satu sarana perjumpaan hamba dengan Sang Kholiq, yang tentunya mesti dipersipkan sebaik-baiknya, baik jasmani maupun rohani, tempat sholatnya, situasinya, bahkan pengetahuan tentang sholatnya pun menjadi kriteria utama kesempurnaan ibadah (sholat).
Sebuah aktifitas yang dipersiapkan dengan baik Insya Alloh akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.

2. Usahakan memahami seluruh bacaan sholat

Ketika kita memahami seluruh bacaan sholat, maka kita akan membaca & melakukannya dengan penuh kesungguhan, apalagi sebagian besar bacaan sholat merupakan do'a bahkan sholat itu sendiripun mengandung arti 'do'a'

3. Pembuka dan penutup

مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

Dari Abu Said t, ia berkata, “Rasululloh r telah bersabda, : Pembuka (kunci) shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya adalah takbir (takbirotul ihrom) dan yang menghalalkannya adalah salam (mengucapkan kalimat assalamu alaikum wa rahmatullah).
(HR. Abu Dawud nomor 60, At Tirmidzi nomor 3, Ibnu Majah nomor 275, dan lain-lain. Disahkan oleh Al Albani dalam Shahih jamiush shagir nomor 5761.)
Jadi begitu takbir (takbirotul ihrom) maka diharamkan melakukan aktifitas lain selain sholat itu sendiri, dan begitu ditutup dengan salam maka dihalalkan untuk melakukan aktifitas lain karena sholat tsb telah selesai.

4. Sujud

Nabi SAW bersabda, Aku diperintah sujud dengan 7 (tujuh) anggota sujud, yaitu dengan dahi, dan beliau berisyarat dengan tangannya diatas hidungnya, kedua tangannya, kedua lututnya dan ujung kedua telapak kakinya.
(HR. Bukhori, Muslim)
Rasululloh SAW bersabda, ‘Apabila engkau sujud letakkanlah dua telapak tanganmu dan angkatlah dua sikumu’. (HR. Muslim)
Rasululloh SAW bersabda, ‘Tegaklah kamu dalam sujud dan janganlah salah seorang diantara kamu membentangkan dua tangannya seperti terbentangnya anjing. (HR. Bukhori)
 …ketika sujud diletakkannya kedua telapak tangannya, lengannya (hasta) tidak diletakkan ke tempat sujud dan tidak dikepitkannya, dan ujung jarinya dihadapkan ke kiblat. (HR. Bukhori)


5. Iftirosy

Iftirosy adalah posisi duduk pada saat Tasyahud (awwal) dan duduk diantara dua sujud.
Posisi kaki kiri dibaringkan dan diduduki, sedangkan kaki kanan ditegakkan serta jari-jarinya menghadap kiblat. Kedua tangan diatas paha.

6. Duduk Tawaruk

Adalah posisi pada duduk tasyahud akhir, sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut :
Abu Humaid as-Sa’idiy t berkata : ‘Aku adalah orang yang paling hafal sholat Rasululloh r), aku melihatnya …..… apabila duduk pada raka’at kedua (untuk tasyahud awwal), beliau duduk diatas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan apabila duduk pada raka’at terakhir (untuk tasyahud akhir) beliau mengedepankan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan duduk ditempat duduknya. (HR. Bukhori)

7. Tasyahud

Wail Ibnu Hujr t berkata, kemudian beliau duduk dan membentangkan kaki kirinya dan meletakkan telapak tangan yang kiri diatas paha dan lutut kiri dan beliau meletakkan ujung siku kanannya diatas paha kanannya kemudian menggenggam dua jari (kelingking dan jari manis) lalu membentuk satu bulatan (ibu jari dan jari tengahnya) dan mengangkat telunjuknya. aku melihat beliau menggerak-gerakan telunjuknya sambil berdo'a.
(HR Ibnu Khuzaimah)