13 Mei 2012

Benarkah Gerakan Shalat Kita

Bismillahir rahmaanir rahiim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah s.a.w. sarat akan hikmah dan manfaat. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan benar, tumaninah serta dilakukan secara istikamah.
Suatu ketika Rasulullah s.a.w. berada di dalam Masjid Nabawi Madinah. Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan taushiyah. Tiba-tiba masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat. Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah s.a.w. dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada orang itu, "Sahabaku, engkau tadi belum shalat!"

Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah s.a.w. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalatnya dengan cepat. Rasulullah s.a.w. tersenyum melihat "gaya" shalat itu.

Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah s.a.w. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, "Sahabatku, tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat." Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang ia menuruti perintah Rasulullah s.a.w. Tentunya dengan gaya shalat yang sama.

Namun, seprti "biasa" Rasulullah s.a.w. menyuruh orang itu mengulangi shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku."

"Sahabatku," kata Rasulullah dengan tersenyum, "Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Al-Qur'an yang engkau pandang paling mudah. Laulu rukulah dengan tenang (tumaninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak.

Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu pada setiap shalatmu."

Kisah dari Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam sahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekedar "benar" gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah dan khusyuk.

Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru.

Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna dan jalinan komunikasi dengan Allah swt menjadi kurang optimal.

Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah s.a.w, menganggap "tidak shalat" orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).

Wallahu a'lam.
Insya 'Allah bersambung _ ke Hikmah gerakan shalat _

Wallahi taufik wal hidayah, semoga bermanfaat, Aamiin ya robb.

Subhanaka Allahuma wa bihmdika asyhadu ala ilaha anta astaghfiruka wa atubu ilaik.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar