BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak siswa kelas VII M.Ts Negeri Ujungjaya Sumedang bersikap pasip ketika berlangsung pembelajaran dikelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta ini dilatar belakangi karena siswa kurang diberikan strategi pembelajaran yang memadai. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi belajar mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa khususnya materi aqidah akhlak.
Sehagaimana dijelaskan diatas bahwa proses belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap praktisi pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar yang kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center). Dengan pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student Activity) diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya juga diikuti dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena diatas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga sangat penting dalam melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam bidang aqidah akhlak melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penetiti dapat merumuskan beberapa focus penelitian sebagai berikut :
1. Apakah pendekatan berbasis aktivitas dapat menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri Ujung Jaya Sumedang kelas VII pada semester I tahun pelajaran 2012/2013?
2. Bagaimana dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri 3 Pondok Pinang kelas VII- A pada semester I tahun pelajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Tingkat Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokak bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri Ujung Jaya Sumedang kelas VII pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.
2. Tingkat dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran bidang aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri Ujung Jaya Sumedang VII pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1) Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran aqidah akhlak khususnya pada pokok bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri Ujung Jaya Sumedang kelas VII pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.
2) Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
a. Guru Madrasah Tsanawiyah
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang aqidah akhlak pada siswa kelas V1I semester I Madrasah Tsanawiyah Negeri Ujung Jaya Sumedang melalui implementasi strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas, dan pada MTs umumnya.
b. Siswa Madrasah Tsanawiyah
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas khususnya materi Aqidah Akhlak
c. Lembaga Madrasah Tsanawiyah
Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.
d. Mapenda Departemen Agama Sumedang
Sebagai masukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar mengikuti, memperhatikan, dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sehingga kelemahan pelaksaan dalam proses belajar mengajar di lapangan pendidikan dapat diperbaiki sesuai dengan rekomendasi dari hasil-hasil penelitian tindakan kelas.
A. Motivasi Belajar Aqidah akhlak
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata latin "movere" yang artinya bergerak (Stresser, 144t). Adapun pengertian mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain : menurut Teaven dan Smith (146) konstruksi yang mengaktifkcan dan mengarahkan prilaku dengan memberi dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu aktivitas. Menurut Chauhan (14?8) motivasi adalah suatu proses yang menimbulkan aktivitas pada organisme sehingga terjadi suatu prilaku. Wordworth (Petri, 1481; Franken, 1982) mengggunakan istiiah Drive rtau mativasi adalah suatu kanstruksi dengan tiga karakteristik yaitu intensitas, arah dan persisten.
Artinya motfvasi dengan intensitas yang e,ukup akan memberikan arah kepada individu untuk melakukan sesuatu secara tekun dan secara terus menerus (Djalali, 2001). Menurutnya motivasi digelongkan menjadi tiga hagian, pertama, Orgcrraik needs (kebutuhan vital, seperti : makan, minum, dan lainlain). Kedua, Emergency motives, ditirnbulkan karena suatu kebutuhan yang harus terpenuhi dan tergantung pula pada keadaan lingkungan. Ketiga, Objectives motives dan interest (L3akir, 1993).
Menurut Eysenk dan kazvankatuan motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan suatu tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep seperti minat, bakat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Menurut Maslow (1943, 1970) motivasi suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan tertentu seperti harga diri diantaranya (Slameto, 2003). David McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown seperti dikutip oleh Wahjosumidjo (1983), bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kepuasan yang terjadi pada diri seseorang (Kosasih, 2004).
Sedangkan menurut McDonald motivasi ialah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afek-tif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dilihat dari komponennya motivasi memiliki dua komponen, yaitu : komponen dalam (Inner Component) dan komponen luar (Outer Component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan atau kecemasan psikologis (Anxiety Of Psychology). Komponen luar adalah apa yag di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah perbuatannya (Hamalik, 2002).
Serdasarkan beberapa pendapat dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar aqidah akhlak adalah suatu kekuatan (Power), tenaga (Forces), serta daya (Energy), atau suatu keadaan yang sangat kompleks (A Complex State) dan kesiapsedian (Preparatory Set), dalam diri ir.dividu untuk bergerak (To A-love, Alotion, Motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari dan dalam hal ini mengenai semua aspek dalam bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh dari dalam diri individu (Instrinsik) dan dari luar diri individu (Ekstrin,sik)
2. Jenis - Jenis Motivasi
Salah satu fungsi pengajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa agar mereka bisa melaksanakan tugas - tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan produktif. Adapun mengenai motivasi terbagai menjadi dua macam, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik (Instrinsic Motivation)
Motivasi Instrinsik adalah motif - motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan untuk menguasai nilai - nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan karena keinginan lain seperti mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivsi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivsi dari luar dirinya. Dalam ak-tivitas belajar, motivasi instrinsik sangat dibutuhkan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan ak-tivits belajar secara terus menerus. Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi instrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki keahlian tertentu dan gemar belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi ekstrinsik meraapakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivsi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivsi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa. Karena itu, guru harus bisa dan pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam menunjang proses interaksi edukatif di kelas (Djamarah, 2QQ2).
3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misainya perlombaan karya tulis, lomba menjadi sisura teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong agar selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diherikan sebuah reward yang memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proporsional dan benar-benar dapat memberikan motivasi.
d. Prinsip Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya secara jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan lebih dekat.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian diatas, teiah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus menjadi lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya.
Umpan balik (Feedback) seperti ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
g. Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang sifatnya positif maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar prilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal diatas, ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal, diantaranya : 1) Kebermaknaan. Suatu bidang studi akan lebih bermakna bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2) Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan atau menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa. 4) Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang bersyarat akan mudah mengamati hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari. 5) Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (Novelty) atau masih asing. 6) Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8) Kurangi secara sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang menyenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajarannya menyenangkan.
3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
Prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara lebih baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong
agar selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan sebuah reward yang memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu.
d. Prinsip Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya secara jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian diatas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus menjadi lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya.
f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
g. Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang sifatnya positif maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar diharapkan agar prilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka. Sehubungan dengan hal diatas, ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal, diantaranya: 1) Kebermaknaan. Suatu bidang studi akan lebih bermakna bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2) Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan atau menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa. 4) Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka miiiki. 5) Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (Novelty) atau masih asing. 6) Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8) Kurangi secara sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang merryenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajarannya menyenangkan.
B. Aqidah akhlak
1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata jamak "Alkhuluku" atau "Al-khalku" yang bermakna "kejadian". Kedua kata tersebut berasal dari kata "Khalaka" yang mempunyai arti "menjadikan". Dari kata "Khalaka" inilah timbul bermacammacam kata seperti : Al- khulku yang mempunyai makna "budi pekerti", AlKhalik bermakna "Tuhan Pencipta Alam" (Masy'ari, 1980).
2. Jenis - Jenis Akhlak
Pada dasarnya perbuatan manusia ada yang baik dan ada buruk. Perbuatan yang baik disebut dengan akhlak yang baik dan identik dengan sifat para Nabi dan orang - orang shiddiq, sedangkan perbuatan yang buruk disebut dengan akhlak tereela atau buruk. Maka pada hakikafiya akhlak ada dua, yaitu akhlak yang baik atau terpuji (Al -Akhlaaqul Mahmuudah) dan akhlak yang buruk atau tercela (Al -Akhlaaqul Madzmuumah).
3. Pembelajaran Aqidah akhlak
Allah SWT sang pencipta dan pengatur alam semesta dengan kemahakuasaannya. Menciptakan manusia dari setetes air mani dengan kekuasaannya kita menjadi manusia yang sempurna, banyak sekali kenikmatan yang di berikan Allah SWT kepada manusia tetapi manusia kurang begitu mensyukuri apa yang telah diberikan-Nya. Manusia diberi akal untuk berfkir atas semua yang ada dimuka bumi, dilaut dan diluar angkasa, dimana semua itu ada yang mengatur dan menciptakannya tiada lain adalah Allah S WT dengan segala sifat-sifat-Nya.
Secara umum sifat-sifat Allah dapat dibagi kedalam tiga macam, yaitu:
a. Sifat Wajib Allah, merupakan sifat yang pasti dimiliki Allah Mw.
b. Sifat Mustahil Allah, merupakan sifat yang pasti tidak dimiliki Allah SWT.
c. Sifat Jaiz Allah, merupakan sifat kewenangan Allah, yaitu Allah SWT bebas untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu.
C. Pendekatan Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi proses belajar mengajar saat ini asas aktivitas (Student activity) lebih di tonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
Dari beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
Menurut Hamalik (2001) Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, antara lain : (1) Kegiatan-kegiatan visual. (2) Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6) Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Kegiatan Visual. Yang termasuk kegiatan ini adalah membaea, meiihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan. Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3. Kegiatan Mendengarkan. Dalam proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal yang dilakukan, karena melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan pelajaran yang diajarkan.
4. Kegiatan Menulis, misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
S. Kegiatan Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain sebagainya.
6. Kegiatan Metrik. Kegiatan dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan mental, meliputi memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan - hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan Emosional. Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa menimbulkan minat, berani, tcnang, dan lain-lain.
9. Berpikir. Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10. Mengingat. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono, 1991).
Dari beberapa macam aktivitas diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Pokok Bahasan Sifat-Sifat Allah Siswa Kelas VII Semester I Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang" yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika strategi pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru Madrasah Tsanawiyah dalam kegiatan belajar mengajar siswa kelas VII semester I MTs Negeri 3 Pondok Pinang, diganti dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan diikuti dengan prestasi belajar aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah.
BAB III
A. Setting Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri Ujung Jaya Sumedang, kelas VII smester I terdiri dari 20 siswa dan 16 siswi. Kondisi kelas ukuran ruangan 7mX8m, dengan fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard. Lama penelitian kurang lebih tiga bulan dimulai dari bulan Agustus sampai Desember 2012, sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Ujung Jaya Sumedang, pada tahun pelajaran 20129/2013. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap seberapa tinggi Tingkat efektifitas Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokak bahasan sifat-sifat Allah pada siswa kelas VII. Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga tatap muka (pertemuan).
Proses Penelitian Tindakan
Refleksi awal, kelas VII smester I materi Aqidah Akhlak sangat pasip, siswa hanya mendengar dan menyimak, bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktip?
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi Aqidah Akhlak khususnya sifat-sifat Allah, latihan dengan mengerjakan beberapa soal, pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan motivasi siswa.
2. Tindakan (action) kegiatan mencakup
a. Siklus I dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi akhir.
b. Siklus II (sama dengan siklus I)
3. Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
1). Keaktifan siswa dalam diskusi
2). Banyaknya siswa yang bertanya
3). Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan guru/siswa lain
4). Memberikan pendapat
4. Refleksi
Pada kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Observasi
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang selidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang selidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek (Check List) dalam menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
-
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas VII dan guru - guru kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok Pinang.
-
Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
D. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah :
a. Sebanyak > 75% siswa dapat memahami materi sifat-sifat Allah
b. Ketuntasan belajar tercapai jika 85% siswa mendapat nilai > 65
c. Untuk kriteria keaktifan siswa mendapat nilai baik, dilihat dari hasil penilaian instrument.
DAFTAR PUSTAKA :
Bogdan, R., & Biklen, S. 1982. qualitative research in education, Allyn & Bacon, Boston
Dakir, 1993. Dasar-Dasar Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi _Motivasi Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja, Wineka Media, Malang
Djamarah, S. B. 2002. Psik.ologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. 1981. Effective Evaluation, Jossey-Bass Publishers, Sanfransisco
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan Dan Sosial, edisi pertama, 13ayu Media Publishing, Malang
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung
Kosasih, Andreas. 2004. Peranan Motivasi terhadap Hasil Belajarnya Siswa, Tabularasa, Vol. 2, No. 3
Miles, M.B., & Huherman, A.M. 1984. .Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi, Universitas Indonesia, Jakarta
Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Moeleng, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Nasution, S. 1998. Metode Penelitian .Naturalistic Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual, Universitas Negeri Malang, Malang
Oleh : Ida Parida, Spd
Semoga bermanfaat yang adik-adik yang sedang menyusun skripsi